Kamis, 11 Juni 2015

Rabu, 10 Juni 2015

Linking Verb

Linking verbs adalah verba penghubung yang menghubungkan subjek dengan complement (pelengkap) yang menerangkannya, bisa noun complement atau adjective complement. Sering digunakan untuk menggantikan to be dan dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang berkaitan dengan panca indra (look, sound, smell, feel, taste) atau keadaan (appear, seem, become, grow, turn, prove, remain, keep, stay, go, run).

Linking verbs juga dikenal dengan istilah copulas atau copular verbs.

Contoh dalam kalimat:
- I feel happy.
- I keep health.

- The soup smells good.
- This food tastes delicious.
- She looks very beautiful.
- The music sounds slow.
- He becomes old.
- The traffic lights turned green and I pulled away.
- He became recognized as the leading authority on the subject.
- His face turned purple. 
- She became older. 
- The dogs ran wild. 
- The milk has gone sour. 
- The crowd grew ugly.


Linking verbs selalu intransitive (tetapi tidak semua intransitive verbs adalah linking verbs).

To be juga disebut linking verbs, seperti pada contoh berikut ini:
- The crew’s mission is to create the best topographic map of Earth.
- The solution was judges who would mete out longer prison sentences. 

- Leonardo said, “I am the king of the world.” 

Tetapi to be juga tidak selalu berperan sebagai linking verbs, contoh:
- Nyoko was crossing a bridge when the earthquake hit.
- Margaret Ann was feeling tired.
Share:

Clauses

CLAUSES

1. Noun Clauses
Noun clauses atau klausa nomina adalah sekelompok kata yang tidak dapat berdiri sendiri (dependent clauses) yang memiliki subjek dan predikat dan berfungsi seperti halnya nouns (nomina), yaitu bisa sebagai subject, object, atau complement. Noun clauses biasa diawali dengan subordinating conjunctions atau relative pronouns.

Sebagai subject
That he could be mistaken didn't seem possible.
What I want for dinner is a hamburger.

Sebagai object
- I noticed that the door was open.
- The host told us how he escaped.

Sebagai complement (
subjective complement)
- The idea is that we take it in turns.
- The vacation is what I need most.

Dengan it (empty subject)
- It didn't seem possible that he could be mistaken.
- It was a year ago today that I started working here.

Setelah preposition
- We had a discussion about who should be invited.
- Give it to whoever arrives first.

Setelah adjective
- I was ashamed that I'd let my friends down.
- She was sorry that she'd lost her temper.

Setelah noun
- You can't deny the fact that you received the message.
- The police have information that he may now be living in Hongkong.


Beberapa kata kerja (verbs) yang biasa digunakan dalam klausa nomina (noun clauses) adalah: answer, ask, assume, believe, decide, expect, forget, hear, hope, imagine, know, learn, recognize, remember, remind, reply, say, see, seem, suppose, tell, think, understand.

Contoh:
- I hope that you arrived safely.
- No one believes that the earth is flat.
- I know where his house is.
- I remember when he was very young.
- I was reminded how lucky I was.
- The facts tell us that this is not true.
- He replied that this was absolutely impossible.


Share:

Parts of Speech

PARTS OF SPEECH

1. VERBALS
Verbal adalah kata yang menunjukkan ide atau gagasan suatu tindakan atau aksi seperti halnya kata kerja, tetapi verbal tidak berfungsi sebagaimana kata kerja yang sebenarnya, meskipun verbal dibentuk berdasarkan kata kerja.

Ada tiga jenis verbals:
- Infinitives
- Gerunds

- Participles


Contoh
 infinitives dalam kalimat:
- To say is easy but to do is difficult.
- I like to play the piano.
- I have no time to go.
- I come to meet you.
- We read to get new information.

Contoh gerunds dalam kalimat:
- One of his duties is attending meetings.
- She advised waiting until tomorrow.
- Eating people is wrong.
- She is good at painting.
- He kept on asking for money.

Contoh participles dalam kalimat:
- The crying baby had a wet diaper.
- I smell cable burning.

- Smiling, she hugged the panting dog.
- You must make yourself respected.
- John gave his donation to someone dedicated to making a difference.


Verbals yang dibentuk dari kata kerja dasar adalah bagian dari parts of speech, karena infinitives dapat berfungsi sebagai kata benda (nouns), kata sifat (adjectives), dan kata keterangan (adverbs), kemudian gerunds berfungsi sebagai kata benda (nouns), dan participles berfungsi sebagai kata sifat (adjectives).



2. VERBS
Verbs adalah kata kerja atau verba yang digunakan untuk menunjukkan adanya kegiatan, aktivitas atau keberadaan dari subjek. Dalam suatu kalimat, keberadaan verba (setelah subjek) harus ada. Tanpa verba suatu rangkaian kata tidak memiliki makna dan tidak dapat disebut sebagai kalimat.

Setiap kalimat setidaknya memiliki dua elemen penting, yaitu sebuah subjek dan sebuah predikat.
- Subjek menjelaskan tentang apa dan siapa pelaku dalam kalimat, bisa berupa nomina (kata benda) atau pronomina (kata ganti).
- Predikat (verba) menjelaskan apa yang dilakukan oleh subjek.

Beberapa jenis verba dasar yang perlu dipahami adalah auxiliary verbs, linking verbs, intransitive and transitive verbs, dan regular and irregular verbs.

Ada lima hal atau informasi yang kita dapatkan dari verba melalui perubahan bentuknya, yaitu:
- Tense (kapan suatu kejadian berlangsung: past, present, atau future)
- Person (siapa atau apa yang melakukan)
- Number (berapa banyak jumlah subjek yang melakukan atau dikenai pekerjaan)
- Mood (sikap yang ditunjukkan terhadap suatu kegiatan atau kejadian)
- Voice (apakah subjeknya melakukan pekerjaan atau dikenai pekerjaan)

Contoh verba dalam kalimat:
- I sing a song.
- I go to the post office.

- She drinks a glass of milk.
- I sleep alone.
- They worked in the factory.
- We want to live here.
- He looks very tired.
- It smells good.
- I can speak English well.
- You must go now.
- You may smoke here.
- My mother will come to your house.

















3. Pronouns
Pronouns adalah kata ganti atau pronomina yang berfungsi menggantikan kedudukan kata benda (nouns) atau kata ganti lainnya untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.

Perhatikan contoh kalimat berikut di bawah ini.
- John rides John’s new motorcycle to school.

Pada kalimat di atas terjadi pengulangan kata John. Dengan menggunakan kata ganti yang tepat, kalimat di atas akan lebih mudah dimengerti seperti pada kalimat berikut.
- John rides his new motorcycle to school.

Kata ganti his pada contoh di atas menjadikan kalimat lebih enak dibaca dan tidak terjadi pengulangan kata John.

Beberapa jenis kata ganti yang perlu dipelajari adalah personal pronouns, possessive pronouns, demonstrative pronouns, interrogative pronouns, relative pronouns, reflexive pronouns, intensive pronouns, indefinite pronouns, dan reciprocal pronouns.






4. Adverb
Adverb atau kata keterangan (adverbia) adalah kata yang menerangkan kata kerja (verb), kata sifat (adjective), dan kata keterangan lainnya (another adverb). Di samping tiga fungsi utama tersebut, adverbia mempunyai fungsi lain yaitu menerangkan keseluruhan kalimat dan frase preposisi.

Adverbia digunakan untuk menjawab pertanyaan seperti “When?” “Where?” “How?”atau “To what extent?”
When? left yesterday, begin now
Where? fell below, move up
How? happily sang, danced badly
To what extent? partly finished, eat completely

Beberapa adverbia yang sering digunakan: afterward, almost, already, also, always, back, even, far, fast, hard, here, how, late, long, low, more, near, never, next, now, often, quick, quite, rather, slow, so, soon, still, then, today, tomorrow, too, very, well, when, where, yesterday.

Adverbia juga mempunyai banyak kata berakhiran –ly yang dibentuk dari adjektiva, misalnya: quick menjadi quicklycareful menjadi carefullyaccurate menjadi accurately, dan sebagainya (tetapi bukan berarti kata yang berakhiran –ly adalah adverbia). Jadi, kita dapat dengan mudah membedakan antara adverbia dengan adjektiva. Contoh kata lainnya yang berakhiran –lysoftly, suddenly, strongly, honestly, interestingly, etc.


Contoh penggunaan adverbia dalam kalimat:

1. adverbia yang menjelaskan verba:
- The boy runs quickly.
                   verb adv.

2. adverbia yang menjelaskan adjektiva:
- He looks absolutely fabulous.
                    adv.                adj.

3. adverbia yang menjelaskan adverbia lainnya:
- She sings so slowly.
                     adv. adv.















5. Adjectives
Adjectives atau kata sifat (adjektiva) adalah jenis kata yang digunakan untuk memberi keterangan sifat pada kata benda (nouns). Adjektiva memberikan jawaban dari pertanyaan seperti “What kind?” “How much?” “Which one?” dan “How many?”

What kind? red bag, silver car
How much? more coffee, little effort
Which one? second pen, those chocolates
How many? several keys, six books

Ada empat macam bentuk adjektiva: common adjectives, proper adjectives, compound adjectives, dan articles.
Common adjectives adalah adjektiva yang paling umum dan sering digunakan, misalnya: short man, red carpet, sunny day, etc.
Proper adjectives yang dibentuk dari proper nouns, misalnya: California vegetables, Mexican food, etc.
Compound adjectives yang dibentuk dari dua kata atau lebih, misalnya: far-off country, teenage person, etc.
Dan articles yang merupakan jenis khusus adjektiva yang sering dipakai dalam bahasa Inggris, yaitu a, an, and the.

Adjektiva juga mempunyai kata bentukan yang bersumber dari jenis kata yang lain.
a. Bentukan dari nomina: leather jacket, office building, etc.
b. Bentukan dari verba + ing: sleeping cat, drying machine, etc.
c. Bentukan dari gerund: killing field, waiting room, etc.
d. Bentukan dari passive verb: bored season, visited area, etc.



















6. Preposition
Prepositions adalah kata depan atau preposisi yang letaknya selalu di depan noun (nomina) atau pronoun (pronomina), dan digunakan untuk menjelaskan hubungan antar kata dalam kalimat. Preposisi tidak dapat diikuti verba. Tetapi jika akan menggunakan verba sebagai preposisi, maka verba tersebut harus menggunakan bentuk -ing (gerund). Dan nomina atau pronomina yang mengikuti preposisi di sebut objek preposisi.

Berikut ini adalah preposisi yang sering digunakan:
about, above, across, after, against, along, amid, around, as, at, before, behind, below, beneath, beside, between, beyond, but, by, despite, down, during, except, for, from, in, inside, into, like, near, of, off, on, onto, opposite, out, outside, over, past, since, through, toward, under, underneath, until, upon, with, within.

Contoh penggunaan preposisi dalam kalimat:
- She knew a lot about food.
- Z comes after Y in the alphabet.
- Don’t come near me.
- He set the tray upon the table.
- The town has been under attack by rebel groups for a week now.

Dalam kalimat, preposisi dapat berfungsi sebagai prepositions of time (preposisi waktu), prepositions of place (preposisi tempat), dan prepositions of movement (preposisi pergerakan).


7. Conjunctions
Conjunctions adalah kata sambung/konjungsi yang menghubungkan bagian-bagian ujaran dalam kalimat: kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa yang mempunyai kedudukan setara atau sejenis. Kata-kata yang setara ini bisa berupa hubungan antara noun dengan noun, adverb dengan adverb, adjective dengan adjective,verb dengan verb, juga phrase dengan phrase, dan clause dengan clause.

Contoh:
- We could go to the library, or we could go to the park.
- He neither finished his homework nor studied for the test.
- I went out because the sun was shining.

Tiga macam bentuk konjungsi (conjunction forms):
a. Single Word, misalnya: and, but, because, although, or.
b. Compound (biasanya berakhiran as atau that), misalnya: as long as, in order that, etc.
c. Correlative, misalnya: so…that, both…and, neither…nor, etc.

Tiga jenis konjungsi, yaitu: coordinating conjunctions (simple conjunctions), correlativeconjunctions, dan subordinating conjunctions. Disamping ketiga jenis tersebut, ada adverbia yang digunakan sebagai konjungsi, yaitu conjunctive adverbs.

Memahami penggunaan konjungsi dan hubungan antar klausa merupakan hal penting untuk mengenali setiap bagian dalam kalimat lengkap. Ada empat kegunaan utama dari konjungsi, yaitu: menambah informasi (adding information), menunjukkan sebab dan akibat (showing cause and effect), menunjukkan urutan waktu (showing time sequence), dan membedakan atau membandingkan informasi yang satu dengan yang lain (contrasting one piece of information with another).
a. Adding information: and, but, or. 
b. Showing cause and effect: as, since, because, if. 
c. Showing time sequence: after, since, as, until. 
d. Contrasting one piece of information with another: unless, although. 

Mengenal pola konjungsi sangat membantu dalam menggali ide atau pokok pikiran yang berkaitan dengan seluruh teks di dalam kalimat dan antar kalimat
.


Conjunctions adalah kata sambung/konjungsi yang menghubungkan bagian-bagian ujaran dalam kalimat: kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa yang mempunyai kedudukan setara atau sejenis. Kata-kata yang setara ini bisa berupa hubungan antara noun dengan noun, adverb dengan adverb, adjective dengan adjective, verb dengan verb, juga phrase dengan phrase, dan clause dengan clause.

Contoh:
- We could go to the library, or we could go to the park.
- He neither finished his homework nor studied for the test.
- I went out because the sun was shining.

Tiga macam bentuk konjungsi (conjunction forms):
a. Single Word, misalnya: and, but, because, although, or.
b. Compound (biasanya berakhiran as atau that), misalnya: as long as, in order that, etc.
c. Correlative, misalnya: so…that, both…and, neither…nor, etc.

Tiga jenis konjungsi, yaitu: coordinating conjunctions (simple conjunctions), correlative conjunctions, dan subordinating conjunctions. Disamping ketiga jenis tersebut, ada adverbia yang digunakan sebagai konjungsi, yaitu conjunctive adverbs.

Memahami penggunaan konjungsi dan hubungan antar klausa merupakan hal penting untuk mengenali setiap bagian dalam kalimat lengkap. Ada empat kegunaan utama dari konjungsi, yaitu: menambah informasi (adding information), menunjukkan sebab dan akibat (showing cause and effect), menunjukkan urutan waktu (showing time sequence), dan membedakan atau membandingkan informasi yang satu dengan yang lain (contrasting one piece of information with another).
a. Adding information: and, but, or.
b. Showing cause and effect: as, since, because, if.
c. Showing time sequence: after, since, as, until.
d. Contrasting one piece of information with another: unless, although.

Mengenal pola konjungsi sangat membantu dalam menggali ide atau pokok pikiran yang berkaitan dengan seluruh teks di dalam kalimat dan antar kalimat.







8. Interjection
Interjection adalah kata seru/interjeksi untuk mengungkapkan perasaan atau emosi yang kuat terhadap rasa kagum, heran, terkejut, sakit, sedih, senang, dan sebagainya. Bisa berupa kata, frase, maupun kalimat tunggal dan biasanya dipisahkan dengan tanda koma atau tanda seru.

Secara gramatikal, interjeksi tidak berkaitan langsung dalam unsur kalimat.

Ada dua jenis interjeksi, yaitu dalam bentuk kata/frase dan kalimat tunggal. Interjeksi berupa kata/frase bisa berdiri sendiri dan juga bisa digunakan dalam sebuah kalimat sebagai pelengkap, sedangkan interjeksi what dan how biasanya terletak di depan frase atau kalimat tunggal.


Interjeksi berupa kata atau frase:
- Oh!
- Ah!

- Eh!
- Hi!
- Bravo!
- Yell!
- Goodbye!
- Help!
- Hurrah!
- Hey!
- Oh, my God!
- Pssst…
- Wonderful!
- How beautiful!
- Damn it!
- Bullshit!


Interjeksi berupa kalimat tunggal:

What dengan konstruksi what + (a/an) + (adjective) + noun, contoh:
- What a pretty girl!
- What a big house!
- What a long dress.

How dengan konstruksi how + adjective/adverb, contoh:
- How interesting!
- How strange!
- How hard!
- I have ever gone to Bali, how beautiful.


Kata what dan how bisa berarti betapa, alangkah, benar-benar atau kata seru lainnya yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

Interjeksi yang tergabung dalam kalimat bisa mempunyai arti yang berbeda. Misalnya, kata “ah” tidak hanya menyatakan satu ungkapan saja, tapi bisa mempunyai beberapa arti atau maksud lain, contoh:
- Ah, that feels good. (Ah di sini mengungkapkan perasaan senang).
- Ah, now I understand. (Ah di sini berarti memahami).


Catatan
Interjeksi lebih sering digunakan untuk berkomunikasi secara lisan dan jarang digunakan dalam bahasa tulis formal maupun akademis.



9. Nouns
Nouns atau kata benda (nomina) adalah kata yang digunakan untuk menyebut benda, orang, tempat, atau gagasan (idea), misalnya: John, bicycle, man, girl, children, Surabaya, beauty, world, truth, technology, imagination, etc.
Nomina menjawab suatu pertanyaan seperti “What is it?” dan “Who is it?”

Nomina terutama digunakan sebagai subjek dan objek dalam kalimat yang biasanya juga (meski tidak selalu) didahului dengan indefinite article (a, an) atau definite article (the).

Menurut bentuknya nomina dibedakan menjadi: common nouns, proper nouns, compound nouns, dan collective nouns.

Berdasarkan wujudnya ada dua jenis nomina, yaitu:
1. Concrete Nouns (common nouns, proper nouns, collective nouns, material nouns)
2. Abstract Nouns

Dan berdasarkan jumlahnya suatu nomina dapat dibedakan menjadi:
1. Countable Nouns (singular and plural nouns)
2. Uncountable Nouns

Disamping itu, nomina juga dibedakan menurut gender-nya (jenis kelamin), yaitu: masculine, feminine, common-gender, dan neuter.

Dalam kalimat, nomina dapat berfungsi atau berkedudukan sebagai:
a. the subject of verb
b. the subjective complement
c. the complement of verb
d. the object complement
e. the appositive


Tidak hanya itu, nomina juga dapat dikenali dari akhirannya, misalnya: writer, individualism, journalist, development, government, foundation, etc.
Share:

Short Story "The Deluded Dragon"


Dahulu kala, ada seorang lelaki tua yang memiliki keluarga besar, terlalu besar untuk memberi makan dan pakaian dan rumah. Dia tinggal bersama istri dan banyak anak-anak mereka jauh di tengah hutan, bersembunyi di gubuk kecil, tidak lebih dari sebuah lubang di tanah dengan atap cabang.

Suatu hari orang tua miskin meminta istrinya untuk membuatnya kue madu untuk makan malam dan kemudian berangkat untuk menemukan beberapa pekerjaan dan membuat sedikit uang untuk membeli makanan. Dia berjalan sepanjang pagi hingga sampai ke sebuah sumur. Selain baik ada sebuah batu besar yang berfungsi sebagai meja bagi wisatawan.
Orang tua duduk di samping batu dan ditempatkan kue madu di atasnya, berpikir dia akan makan kue setelah ia beristirahat sedikit. Segera, ia tertidur pulas. Sementara ia tidur burung turun dan melahap kue madu, dan ketika ia terbangun lalat sedang menyelesaikan remah-remah.

"Tinggalkan apa-apa," serunya saat melihat lalat. Dengan cepat, ia membawa tangannya di atas batu menewaskan lima puluh dari penyiksanya dengan satu pukulan. Bangga prestasi ini, ia mengambil tongkat terbakar dan menulis di meja batu bahwa ia telah membunuh lima puluh jiwa hanya dengan satu pukulan. Kemudian, masih lelah dan lapar, ia meletakkan kepalanya ke bawah dan kembali tidur siangnya.

Sementara orang tua tidur, naga datang ke sumur untuk minum. Ketika ia melihat orang itu tidur di sana, naga merayap lebih dekat. Membaca apa yang ditulis di batu, naga melangkah kembali ketakutan. Merasa tanah bergetar, orang tua terbangun dan melihat naga. Kemudian orang itu ketakutan, sehingga ia dan naga hanya duduk di sana, menatap satu sama lain.

Masing-masing adalah begitu takut lain yang bersama-sama mereka bersumpah persaudaraan. Mereka akan menjadi teman tidak peduli apa yang terjadi, dan tak satu pun akan membahayakan lainnya. Naga kemudian mengundang orang tua ke istananya untuk makan dengan dia dan istrinya. Sebagai orang tua berjalan menyusuri jalan hutan, naga diikuti. Setiap kali naga dihembuskan, napasnya mendorong orang tua ke depan, dan setiap kali naga dihirup ia menarik mundur orang tua.

Naga itu bingung dengan perilaku ini. "Saudaraku, kenapa kau berjalan berlari ke depan dan kemudian berjalan mundur?"

Orang tua itu menjawab, "Saudara, ketika saya pikir saya mungkin membunuhmu, aku lari ke belakang, tapi ketika aku ingat sumpah kami, saya berjalan ke depan. Mungkin Anda harus berjalan di depan, jadi saya bisa menjaga mata saya pada Anda dan ingat janjiku untuk menjadi saudaramu. "

Naga takut bahwa orang tua mungkin membunuhnya, sehingga ia menjawab, "Saya akan dengan senang hati berjalan di depan Anda."

Segera, mereka datang ke sebuah pohon ceri diisi dengan ripest, paling lezat mencicipi ceri. Naga terbang ke cabang-cabang atas dan mulai makan. Dia menatap orang tua dan berkata, "Saudaraku, datang ke sini. Semakin dekat mereka ke matahari, manis mereka rasa. "

"Tidak, terima kasih. Aku bisa mencapai cabang-cabang yang lebih rendah di mana burung-burung tidak mematuk segala jus seperti yang mereka lakukan lebih lanjut atas pohon. "

Naga memegang cabang besar yang dipenuhi dengan ceri dan membungkuk ke bawah sehingga menyentuh tanah. "Di sini saudara, ini adalah ceri terbaik dari semua. Memegang cabang ini. "

Orang tua menangkap memegang cabang dan naga melepaskan. Cabang tersentak kembali seperti ketapel dan orang tua mengira lengannya mungkin merobek keluar dari rongganya. Saat ia mengikuti cabang, orang tua memutuskan untuk membiarkan pergi dan ia terbang melalui udara seperti burung. Ketika ia mendarat, ia jatuh pada kelinci miskin dan membunuhnya.

Naga terkejut melihat orang tua tersentak melalui udara dan kemudian jatuh ke tanah. "Apakah cabang terlalu kuat untuk Anda, teman saya?"

"Dengan tidak berarti," jawab pria tua. "Saya melihat seekor kelinci di sini dan memutuskan untuk menangkapnya, dan begitu aku punya." Dia mengangkat kelinci untuk naga untuk melihat.

Naga terkesan. Ia berpikir, "Aku akan lebih berhati-hati. Orang tua sangat pintar. "

Ketika mereka sampai di istana naga, orang tua membungkuk kepada istri naga dan disajikan dengan kelinci. Dia pikir akan menyenangkan untuk memiliki sup malam itu untuk makan malam.

Naga meminta orang tua untuk mengambil kendi, turun ke sumur, dan membawa kembali air untuk rebusan. Orang tua itu mengambil satu melihat

naga berukuran pitcher dan tahu ia tidak bisa mengangkatnya sementara itu kosong, apalagi diisi dengan air. Dia meminta naga untuk sekop.

"Mengapa Anda perlu sekop untuk membawa kembali air?" Tanya naga.

"Aku akan menggali sekitar sumur dan membawa semuanya kembali kepada Anda di punggungku. Maka kita tidak akan harus pergi ke sumur untuk beberapa hari. "

Naga terkejut. "Tidak, saudara, yang tidak akan melakukannya sama sekali. Ketika sumur kering, kita semua akan mati kehausan. "

"Maafkan aku, Brother. Yang baik seluruh dengan baik atau tidak, "teriak pria tua itu.

"Aku akan mengambil air sendiri," kata naga. "Kenapa kau tidak pergi ke hutan dan membawa kembali pohon ek yang bagus untuk api."

Orang tua berjalan ke hutan dan mulai membuat tali kulit. Dia melingkarkan sekitar dan di sekitar pepohonan. Naga datang mencari tamu dan menemukan dia mengikat grove bersama-sama.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya naga.

"Aku tidak akan membuang-buang waktu saya dengan hanya satu pohon, jadi saya memutuskan aku akan membawa ini seluruh grove ke istana. Dengan cara ini Anda dan istri Anda akan memiliki kayu bakar selama berminggu-minggu. "

"Tidak, Bruder, silakan tinggalkan hutan saya seperti itu."

"Semua atau tidak," kata orang tua, sehingga naga menarik pohon sampai ke akar-akarnya dan membawanya kembali ke istana sendiri.

Malam itu, orang tua, naga, dan istrinya menikmati makan malam mereka, berbicara beberapa saat, dan akhirnya berkata selamat malam. Setelah naga itu pergi tidur, orang tua merayap keluar dari kamarnya dan mendengarkan di pintu naga saat ia dan istrinya sedang berbicara.

"Aku benar-benar takut bahwa orang tua akan melupakan sumpahnya dan membunuh kami berdua saat kita tidur," kata naga.

"Kenapa kau tidak mengambil klub besar Anda dan memukul kepalanya saat dia tidur? Kemudian Anda bisa melupakan tentang menjadi takut. "

Mendengar ini, orang tua bergegas kembali ke kamarnya di mana ia mengambil log dan hati-hati berpakaian dalam pakaian tidur dan menarik selimut di atasnya. Lalu, ia bersembunyi di lemari. Naga datang dan memukul, mendera, mendera, memukul log dengan klubnya dan kembali tidur.

Di pagi hari, orang tua turun untuk sarapan yang mengejutkan naga dan istrinya. "Saudaraku, aku tidur sangat tadi malam," katanya. "Ada seekor lalat yang terus mendarat di kepalaku."

Sekali lagi, naga gemetar ketakutan. "Bukankah kau seharusnya di perjalanan pulang Anda hari ini?" Katanya.

"Saya keluar untuk mencari keberuntungan saya, dan jika saya kembali tanpa sesuatu untuk menunjukkan untuk perjalanan saya, istri saya akan marah dengan saya."

Naga buru-buru pergi ke kamar harta dan kembali dengan karung besar penuh dengan emas dan permata. "Di sini, Brother, membawa ini ke istri Anda dengan pujian saya."

Orang tua tahu dia tak bisa mengangkat bahwa karung harta karun. "Saudaraku, aku tidak membawa istri Anda kelinci untuk makan malam kita sendiri? Ini akan menjadi kasar bagi Anda untuk tidak membawa ini ke istri saya sendiri. "

"Saya akan senang untuk membawanya ke dia," sahut sang naga cemas.

Naga mengangkat karung telentang dan mereka berjalan pergi ke rumah orang tua itu. Ketika mereka sampai di lapangan, orang itu bertanya naga untuk menunggu di sana, mengatakan bahwa ia harus mengikat anjing dan mempersiapkan keluarganya untuk kunjungan naga. Naga menunggu dengan sabar di samping tas berisi emas dan perhiasan.

Orang tua pergi ke gubuk kecilnya dan memberi masing-masing anak-anaknya pisau dan garpu dan mengatakan kepada mereka apa yang harus dilakukan. Kemudian, dia memanggil naga, "Ayo, teman saya, anjing yang semua diikat."

Naga perlahan-lahan merayap ke pintu dan hanya saat ia hendak membukanya dan berjalan, semua anak berlari keluar melambaikan pisau dan garpu mereka dan berteriak, "Hore! Ayah telah membawa kita naga untuk makan malam kami. Mari kita bunuh dia dan makan dia. "

Naga melemparkan karung harta dan berlari untuk hidupnya, bersumpah tidak pernah datang dekat rumah orang tua itu lagi. Ketika ia sampai ke istana, ia dilarang pintu dan menolak untuk pergi ke luar selama seminggu.

Orang tua itu mengambil uang naga dan membeli rumah baik baru, peternakan, dan baju baru untuk istri dan anak-anak, dan mereka tidak pernah miskin lagi.

Aku benar-benar merasa kasihan naga dalam cerita ini. Orang tua mengingatkan saya Jack di Jack di New Ground Raksasa -mereka harus sepupu.











A long time ago, there was an old man who had a large family, far too large to feed and clothe and house. He lived with his wife and their many children deep in the middle of the forest, sheltered in a small hovel, nothing more than a hole in the ground with a roof of branches.
One day the poor old man asked his wife to make him a honey cake for his dinner and then set off to find some work and make a little money to buy food. He walked all morning until he came to a well. Beside the well there was a large stone that served as a table for travelers.
The old man sat next to the stone and placed his honey cake on it, thinking he would eat the cake after he had rested a bit. Soon, he was fast asleep. While he slept the birds came down and gobbled up his honey cake, and when he woke the flies were finishing the crumbs.
“Leave me nothing,” he cried when he saw the flies. Quickly, he brought his hand down on the stone killing fifty of his tormentors with one blow. Proud of this feat, he took a burnt stick and wrote on the stone table that he had killed fifty souls with just one blow. Then, still tired and hungry, he put his head down and resumed his nap.
While the old man slept, a dragon came to the well for a drink. When he saw the man sleeping there, the dragon crept closer. Reading what was written on the stone, the dragon stepped back in fright. Feeling the ground shake, the old man woke up and saw the dragon. Then the man was frightened, so he and the dragon just sat there, staring at each other.
Each one was so afraid of the other that together they swore an oath of brotherhood. They would be friends no matter what happened, and neither one would harm the other. The dragon then invited the old man to his palace to dine with him and his wife. As the old man walked down the forest path, the dragon followed. Each time the dragon exhaled, his breath pushed the old man forward, and each time the dragon inhaled he pulled the old man backward.
The dragon was perplexed by this behavior. “Brother, why do you walk running forward and then running backward?”
The old man replied, “Brother, when I think I might kill you, I run backward, but when I remember our oath, I run forward. Perhaps you should walk in front, so I can keep my eyes on you and remember my promise to be your brother.”
The dragon was afraid that the old man might kill him, so he replied, “I will gladly walk in front of you.”
Soon, they came to a cherry tree filled with the ripest, most delicious-tasting cherries. The dragon flew up to the top branches and began to eat. He looked down at the old man and said, “Brother, come up here. The nearer they are to the sun, the sweeter they taste.”
“No, thank you. I can reach these lower branches where the birds do not peck away all the juice as they do further up the tree.”
The dragon took hold of a huge branch filled with cherries and bent it down so it touched the ground. “Here brother, these are the best cherries of all. Take hold of this branch.”
The old man caught hold of the branch and the dragon let go. The branch snapped back just like a catapult and the old man thought his arms might be ripped out of their sockets. As he followed the branch, the old man decided to let go and he flew through the air like a bird. When he landed, he fell on a poor rabbit and killed it.
The dragon was surprised to see the old man jerked through the air and then fall to the ground. “Was the branch too strong for you, my friend?”
“By no means,” replied the old man. “I saw a rabbit over here and decided to catch it, and so I have.” He held up the hare for the dragon to see.
The dragon was impressed. He thought to himself, “I’d better be careful. This old man is very clever.”
When they got to the dragon’s palace, the old man bowed to the dragon’s wife and presented her with the hare. She thought it would be wonderful to have a stew that night for supper.
The dragon asked the old man to take a pitcher, go down to the well, and bring back some water for the stew. The old man took one look at the
dragon-sized pitcher and knew he couldn’t lift it while it was empty, let alone filled with water. He asked the dragon for a shovel.
“Why do you need a shovel to bring back the water?” asked the dragon.
“I’m going to dig around the well and bring the whole thing back to you on my back. Then we won’t have to go to the well for several days.”
The dragon was shocked. “No, brother, that won’t do at all. When the well is dry, we’ll all die of thirst.”
“I’m sorry, Brother. Its either the whole well or nothing,” cried the old man.
“I will fetch the water myself,” said the dragon. “Why don’t you go into the forest and bring back a nice oak tree for the fire.”
The old man walked into the forest and began to make a bark rope. He twined it around and around a grove of trees. The dragon came looking for his guest and found him tying the grove together.
“What are you doing?” the dragon asked.
“I’m not going to waste my time with just one tree, so I decided I’d bring this entire grove to the palace. This way you and your wife will have firewood for weeks.”
“No, Brother, please leave my forest as it is.”
“All or none,” said the old man, so the dragon pulled a tree up by its roots and brought it back to the palace himself.
That evening, the old man, the dragon, and his wife enjoyed their supper, talked a while, and finally said goodnight. After the dragon had gone to bed, the old man crept out of his room and listened at the dragon’s door as he and his wife were talking.
“I’m really afraid that this old man will forget his oath and kill us both as we sleep,” said the dragon.
“Why don’t you take your huge club and hit him on the head while he sleeps? Then you can forget about being afraid.”
Hearing this, the old man hurried back to his room where he took a log and carefully dressed it in his nightclothes and pulled the blankets over it. Then, he hid in the closet. The dragon came in and whack, whack, whack, hit the log with his club and went back to sleep.
In the morning, the old man came down to breakfast to the surprise of the dragon and his wife. “Brother, I slept terribly last night,” he said. “There was a fly that kept landing on my head.”
Once again, the dragon shook with fear. “Shouldn’t you be on your way home today?” he said.
“I came out to seek my fortune, and if I return without something to show for my travels, my wife will be upset with me.”
The dragon hurriedly went to his treasure room and came back with an enormous sack filled with gold and jewels. “Here, Brother, take this to your wife with my compliments.”
The old man knew he could never lift that sack of treasure. “Brother, didn’t I bring your wife the rabbit for our supper myself? It would be rude for you not to take this to my wife yourself.”
“I would be happy to take it to her,” replied the dragon anxiously.
The dragon hoisted the sack onto his back and they walked off to the old man’s home. When they got to the clearing, the man asked the dragon to wait there, saying that he must tie up the dogs and prepare his family for the dragon’s visit. The dragon waited patiently beside the bag of gold and jewels.
The old man went into his little hovel and gave each of his children a knife and fork and told them what to do. Then, he called to the dragon, “Come on, my friend, the dogs are all tied up.”
The dragon slowly crept to the door and just as he was about to open it and walk in, all of the children ran out waving their knives and forks and screaming, “Hurray! Father has brought us a dragon for our supper. Let’s kill him and eat him up.”
The dragon threw down the sack of treasure and ran for his life, swearing never to come near the old man’s home again. When he got to his palace, he barred the door and refused to go outside for a week.
The old man took the dragon’s money and bought a fine new house, a farm, and new clothes for his wife and children, and they never were poor again.
I really do feel sorry for the dragon in this story. The old man reminds me of Jack inJack in the Giant’s New Ground—they must be cousins.
There is a great version of this tale in The Red King and the Witch by Ruth
Manning-Sanders.
[This story is taken from Elder Tales: Stories of Wisdom and Caurage from Around the Worlds edited by Dan Keding, Library Limited, London]


Share: