Rabu, 04 November 2015

Ayah (Dimataku)


Ayahku itu yang selalu marah saat aku menginjak bagian belakang sepatu karena malas memakainya dengan sempurna
Ayahku itu yang mencuri motorku pergi dipagi buta saat tahu anaknya sakit dan tak mampu melarangnya tuk berangkat bekerja
Ayahku itu yang mengirim sms sekedarnya padahal dia ingin menceritakan dan bertanya banyak hal lebih dari waktu yang kumiliki
Ayahku itu yang melarangku kuliah namun dia sendiri yang menunggu cemas didepan gerbang kampus saat test seleksi beasiswa masuk
Ayahku itu yang menandatangani pernyataan tidak mampu, padahal disaat yang sama dia sedih tidak bisa membiayai kuliahku
Ayahku itu yang melarang bekerja untuk fokus kuliah, padahal sebelumnya iya ingin aku bekerja tuk kemudian kuliah
Ayahku itu yang tertawa saat aku melakukan kesalahan dan menganggapnya buyonan semata
Ayahku itu yang marah saat aku terlalu bahagia menerima upah dan membaginya dengan dirinya
Ayahku itu yang selalu bilang cukup saat kelaparan bersama dirumah, dan pergi mencari uang tanpa pamit ataupun pesan selain menyuruhku menunggu
Ayahku itu yang marah jika aku mulai berkata lelah, dia hanya bilang "bukankah itu pilihanmu?"
Ayahku itu yang tersenyum menguatkan saat seseorang terbaik dihidupnya meninggalkannya, padahal disaat yang sama dia terluka
Ayahku itu yang selalu berdebat akan makanan sisa dan memaksaku menghabiskannya
Ayahku itu yang selalu terlambat dalam menghadiri kebahagiaanku, namun selalu yang paling awal menemani kesedihanku
Ayahku itu yang melompat kekubangan lumpur saat aku terperosok kedalamnya dan berkata "Mari berusaha, kamu tidak sendiri"
Dia yang mengajari bahwa kehidupan yang kasar membuat kita berjalan dengan hati yang besar
Usaha terbaikmu adalah saat kamu mengakhiri segala hasil dengan rasa syukur setelah memulainya dengan keberanian
Share:

0 komentar:

Posting Komentar