Sedang menjadi apa kita saat ini?
1. Pohon Berbuah
Sedang menunggu matang, begitu indah berhiaskan segarnya buah dari keringat namun banyak yang melempari batu
2. Keset
Membersihkan kaki setiap orang, rela meski dirinya sendiri yang justru jadi kotor
3. Jembatan
Membantu banyak orang, rela diinjak-injak, jarang diingat dan dilihat keberadaannya apalagi manfaatnya, karena tetap tanah diseberang lah yang jadi tujuan utama para penggunanya
4. Kipas Angin
Diandalkan saat ada keluh kesah namun diabaikan saat tak ada masalah
5. Hujan
Ditunggu saat jarang hadir, dibenci saat mulai berlebihan
6. Kertas Kado
Dipuji kerja kerasnya memperindah namun yang dihargai tetap saja hadiah, isi didalamnya
Jadi apapun, mari tetap tersenyum
Bukan berarti ikhlas, namun pantas
Ikhlas ada setelahnya, setelah orang dapat memantaskan diri
Bukan hanya untuk dihargai
Namun layak dimengerti
Dan satu lagi, dicintai
Karena tidak ada yang percuma selain mengucapkan kata "percuma" itu sendiri.
Tidak ada orang bahagia, jika tidak ada yang mengharapkannya.
Syukur kita ditempat terbaik saat ini, sesekali lengah dan lupa, namun kembali mengingat senyum kemarin membuat kita seharusnya malu untuk menyesali hari ini.
Belakangan ini, begitu banyak demo
karyawan dan orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai “Buruh”. Terlepas
dari apapun pekerjaannya, semua orang menginginkan kenyamanan dalam hidupnya,
menjadi berkecukupan dan mampu memenuhi kebutuhan. Namun dewasa ini, rasanya
sulit untuk menemukan manusia yang kaya akan rasa syukur.
Bersinggungan itu pasti, antara rekan
kerja, atasan dan bawahannya, maupun pekerjaan dan keluarga. Namun kembali hal
yang perlu dipelajari ulang oleh setiap manusia adalah niat awal sbelum
bekerja.
Sudah baikkah niat kita?
Pegawai yang sabar dan patuh lebih
dibutuhkan saat ini, karena pekerjaan menuntut untuk dua hal tersebut. Bos yang
bijak dan baik hati salah satu factor penting penentu kenyamanan karyawan dalam
bekerja dan kesuksesan sebuah instansi atau perusahaan.
Karena pabrik yang memproduksi kesabaran
mungkin akan berisikan pegawai-pegawai yang nampak lemah namun mampu bertahan
dalam tekanan, sebaliknya yang memproduksi kemarahan akan berisi para
penggertak hebat dengan mulut berapi dan tenaga besi, namun tak akan bertahan
jika dituntut untuk selalu bekerja dengan mengutamakan kesungguhan hati.
Istilah “Kurang piknik” mungkin relevan
dengan keadaan saat ini, namun rehat yang sesungguhnya dari pekerjaan adalah
terletak pada hati para pekerja.
Sudahkah anda rehat?
Mari Rehabilitasi hati anda dengan
ketulusan dan kesabaran dalam bekerja, luruskan niat dan berpikir positif
setiap saat.
0 komentar:
Posting Komentar