Kamis, 16 Juli 2015

AYAH DI RAMADHAN TAHUN INI

Terkesan sendiri dan diam, padahal disaat yg sama aku sedang sibuk terjaga bersama usaha dalam mempersiapkan tempat terbaik teruntuk seseorang yang Allah berikan satu lahan teristimewa dihatiku
Do'a dari ayah hari ini, semoga Ramadhan tahun depan jagoan-jagoan di rumah ini sudah menemukan pedang tajam yang dapat meyakinkan wanita untuk merasa aman disamping mereka dan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada mereka untuk menggelar sajadah lebih depan dari barisan dan mengumandangkan takbir lebih awal dari dia yang mencintaimu dg ketulusan karena Allah. "berikut sertanya"
Masih dengan maaf yang melimpah, menghitung usia yang menukik tajam dengan kedewasaan.
Rasanya tetap saja merindukan saat-saat dimana dengan polosnya diri ini meminta maaf karena hal sepele seperti memecahkan gelas, atau mengotori meja kerjanya (ayah).
Kini kekhawatiran lebih sering muncul, rasa canggung dan tak biasa pun membayangi.
Akan kata maaf atau sebuah pelukan hangat tuk meleburkan dosa dan penyesalan setahun kemarin?
Bersua sudah biasa, marah begitu pun tertawa, melepas kesal bahkan pujian terlontar setiap harinya.
Aku dan adik kakakku yang mengunci diri dari batas lurus nya ekspresi tiga orang anak laki-laki.
Nampak polos dengan persiapan, minim akan kejutan apalagi kemewahan yang biasa disertakan di penghujung bulan ramadhan.
Hanya berbekal isi hati yang siap dikemukakan dan dada yang lapang untuk menerima setiap permintaan tulus buah kesalahan.
"Yah, terimakasih tak habis untuk kesetiaan ridho mu dalam menghantarkan kami menuju kedewasaan. Bersabar menjadi sarapan kami setiap harinya. Selalu teguran keras untuk menggetarkan diri kami tuk tidak terlena dalam kesalahan. Dimana ada engkau disitu kami tahu orang terbaik yang mengerti dan tidak sekedar paham cara tuk bahagia meski tanpa alasan. Karena engkau tahu tak ada kesedihan jika tak diharapkan"
Di ramadhan kali ini, keenam kalinya kita lalui tanpa seorang ibu di rumah. Engkau tetap mengusahakan yang terbaik mengisi kekosongan itu dengan setidak-tidaknya senyuman meski kami tahu kau sama membutuhkan perhatiannya layaknya kami.
Kini maaf dari kami yang lebih sering merepotkan daripada membantu, lebih banyak mengeluh daripada bersyukur, lebih sering pergi daripada kembali, lebih sering lari daripada menghadapi, lebih sering menangis daripada menguatkan.
Suatu saat, tak lama lagi kami yang akan berada diposisimu. Menguatkan dengan ketegasan, mengimbangi dengan kesabaran, menenangkan dengan senyuman.
Semoga salah satu dari kami bisa menjadi ayah yang hebat diramadhan tahun depan.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar