Selasa, 22 Juli 2014

Senja Di Sudut Pandang Makam Ibunda

Kali ini lebih menyimak apa yang dinamakan keindahan
Aku memilih mencibir lelahku dengan memejamkan mata disamping makam ibunda

Sore tadi, sepulang dari tempat ngajar
Tak pernah merasa seringan itu menuju perjalanan pulang
Tanpa ada kegiatan ataupun agenda selepasnya
Aku mempersiapkan diri menuju tempat yang sekian lama dirindukan

Menjelang maghrib, Ramadhan kali ini terasa serupa dalam suasana
Menghilang dihatiku, beberapa sedih yang cenderung tak mementingkan waktu
Dewasa ini aku ingin menjumpainya dengan lebih baik
Aku ingin dia menemukan senyumanku kala berada ditempat peristirahatannya

Langkah kakiku menapak tanah dimana orang2 terdahulu menyiratkan kisah
Selang berlalu, aku hampir tak menemukan tanda2 kehidupan
Ini sore yang seakan menelan segala bentuk keramaian
Aku ucapkan salam sembari memasang senyum tanda salam jumpa

Duduk disampingnya, merasakan udara teramat haus akan perhatian
Kata maaf yang pertama ku dapat
Serasa berbicara, keheningan mengantarku pada nostalgia
Dia meminta maaf tak ada disampingku, dan aku menghela nafas

Mengeja pandangan pada terik matahari senja dihadapanku
Ini teramat bukan salah kita
Diderai kisah mungkin kehidupan akan mendewasakan masa depan
Ibunda, aku harap dengan sangat

Saat melantunkan kidung doa dan pengharapan
Aku berserah akan keyakinan sampai pada tempat dimana engkau nyaman berada
Ikhlasku seraya mengulang masa tepat saat kepergiannya
Namun sinar matahari menjawabku dengan teriknya

Maaf, anakmu tak cukup dewasa saat itu
Maaf untuk tidak siap memikul hidup tanpamu dahulu
Maaf tak ada keindahan yang dapat kuberikan selain mencintaimu
Dan maaf anakmu ini baru sempat mengunjungimu.. IBU
Share:

0 komentar:

Posting Komentar